Jumat, 29 Agustus 2014

Tingkatan-Tigkatan Dalam Shalat

Shalat menempati kedudukan yang sangat agung. Ia merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Sholat juga merupakan tiang agama. Bahkan perintah shalat ini langsung diperintahkan oleh Allah SWT. tanpa melalui perantara malaikat jibril yang terjadi ketika peristiwa Isra' dan Mi'raj.

Dalam sebuah hadist dari Mu'adz Bin Jabal bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
 رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ رواه الترمذي(


"pangkal semua perkara adala islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad" (HR. At-Tirmidzi)

Disamping itu shalat dapat memelihara kita dar ancaman siksa yang amat pedi di Neraka Saqar.
Allah SWT. berfirman:
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ (٤٢) قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ (٤٣)

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?".  mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat", (QS. Al-Mudatsir: 42-43)


Kuncinya Surga

karena shalat adalah amalan pertama dihisab di hari kiamat. Rasulullah Saw. bersabda: 
 "Amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat dari seorang hamba adalah shalatnya. Jika shalatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia. sebaliknya jika rusak, sesungguhnya telah gagal dan merugilah ia". (HR. At-Tirmidzi)

Nah sekarang mari kita bersama-sama menakar kualitas shalat kita masing-masing. barada dalam golngan manakah shalat yang selama ini kita laksanakan?  Ibnu Qoyyim dalam Al-Wabil Al-Shayyib menyebutkan ada lima tingkatan dalam shalat. kelima tingkatan itu bagai anak tangga yang dimulai dari yang paling rendah hingga yang paling sempurna.

Orang Yang Shalatnya Lalai.

Tangga pertama ini adalah tangga orang yang mendzolimi dirinya sendiri. ia melakukan shalat dengan ala kadarnya sekedar untuk melepas kewajiban. ia tidak menyempurnakan whudunya, tidak memelihara waktu-waktunya, syarat-syarat dan rukunnya.  
Sebagaimana Firman Allah SWT:
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (٤) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ (٥)

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya” (QS. Al-Ma’un:4-5)


Orang yang lalai dalah orang yang meremehkan shalat . Saad Bin Abi Waqash berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang orang-otang yang lalai dari shalatnya, beliau menjawab: yaitu mengakhir-akhirkan waktunya.

Diriwayatkan oleh Qotadah    bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
 أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَ يُتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلاَ سُجُوْدُهَا.

Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari sholat?”. Rasulullah berkata, “Dia tidak sempurnakan ruku dan sujudnya” (HR Ahmad)


Was-Was

Anak tangga kedua adalah orang yang menjaga waktu shalat, wudhu dan syarat-syaratnya dan rukun-rukunnya tetapi tak berdaya menghadapi bisikan syetan (was-was) dan pikirannya masih diluar shalat. Orang yang berada pada tangga ini lebih baik daripada yang pertama karena ia sudah punya kesadaran bagaimana tata cara shalat yang baik berdasarkan tuntunan Rasulullah Saw. tetapi objek perhatiannya baru sebatas penampilan luarnya shalatnya, belum bisa menghadirkan kekhusyu'an dalam shalatnya.

Sadar Hakikat Shalat

anak tangga ketiga adalah orang yang menjaga syarat-syaratnya dan rukun-rukunnya tetapi ia sibuk menghadapi bisikan syetan  dan pikiran dalam shalatnya. Ada dua pekerjaan dilakukan sekaligus satu waktu yaitu; shalat dan berjuang melawan syetan. anak tangga yang ketiga ini tentu lebih baik dibanding anak tangga yang pertama dan kedua. Karena ia mulai memiliki kesadaran tentang hakikat dalam shalat. Akan tetapi yang namanya syaitan juga berusaha keras untuk melalaikn shalatnya.

Allah SWT: berfirman:
 إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS. Fathir: 6)


Ibnu Katsir menjelaskan berkenaan ayat ini:
"Setan adalah musuh yang menentang kalian dengan mengumumkan permusuhan, oleh karena itu janganlah kalian turuti bujuk rayunya".

Shalat Sempurna

anak tangga yang keempat adalah orang yang menyempurnakan syarat dan rukunnya. Dia sadar bahwa kewajibannya adalah menyempurnakan semua itu. ketika shalat hatinya hadir bersama jasadnya, menghadap Allah SWT. pada saat itu sedang maerasa diawasi atau dilihat Allah SWT. Orang ini mulai bisa merasa lega dalam shalatnya. Usaha yang terus dilakukan untuk mengusir setan mulai berhasil. setan tidak lagi mempunyai kemampuan menggodanya. Setan mulai sadar dengan komitmennya  orang yang shalat itu ia tidak mampu menggoda hamba Allah yang iklas.
Allah SWT. berfirman:
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (٨٢) إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (٨٣)

“Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka”. (QS. Shad: 82-83)


yang dimaksud dengan muklis ialah orang orang yang telah diberi taufik untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah SWT.

Seolah Melihat Allah

Anak tangga yang kelima adalah orang yang menegakkan shalat dengan sempurna dan hatinya hadir menghadap Allah SWT. Ia sadar sedang berhadapan dengan Allah. Dia seolah-olah melihat Allah, shalat baginya bukan sebuah beban, tetapi sudah menjadi hiburan yang menghilangkan duka lara. inilah puncak ihsan seorang manusia dalam shalatnya 
Rasulullah Saw. bersabda dalam hadis Jibril:
قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
 تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” (HR. Bukhari)


Dan gambaran nyata dari tipe shalat ini adalah Rasulullah Saw sebagaimana sabdanya:
عَنْ أَنَسٍ t قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : « حُبِّبَ إِلَيَّ مِنْ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاةِ

Dari Anas bin Malik t bahwa Rasulullah  bersabda: “Allah menjadikan aku mencintai dari (urusan-urusan) dunia (yaitu kepada) perempuan (istri-istri beliau ) dan minyak wangi, tapi Allah menjadikan qurratul ‘ain (penyejuk/penghibur hati) bagiku pada (waktu aku melaksanakan) shalat” (HR. An-Nasa’i, Ahmad)


Berada pada keempat dan ke lima adalah harapan setiap hamba yang shalih, dan tetap istiqomah adalah jalan yang terbaik. kalaupun kita masih di anak tangga ketiga atau kedua apalagi pertama, maka bersegeralah untuk memperbaiki shalat kita. (Disadur dari tulisan Ust. Anwar Ihsanudin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar