Senin, 25 Agustus 2014

Agar Kaya Dunia Akherat

Kurangnya sifat qana'ah dalam diri seorang muslim muncul dari tidak mantapnya iman seseorang. tidak biasanya seseorang ridha terhadap qadar dikala susah dan senang menjadi penyebab utamanya. Karena itulah, do'a beliau Shalallahu alaihi wassallam.
"Dan aku memohon kepada-Mu kenikmatan yang tidak pernah pudar, kesejukan mata yang tidak pernah terputus, dan aku memohon kepada-Mu keridhoan terhadap qadha" (HR. An-Nasa'i)  

Pondasi yang utama dan pertama untuk menumbuhkan sifat ini adalah keyakina yang benar. Keimanan kepada Allah SWT, mengenal Allah dengan nama dan sifat-sifatnya berikut keagungan dan keindahan yang dikandungnya. Disamping itu juga memilki keimanan yang mantap kepada hari akhir, keyakinan yang benar tentang takdir yang baik maupun yang buruk. Semua itu merupakan landasan utama untuk menumbuhkan sifat dan karakter mental qana'aah.

Keimanan pada hari akhir akan mendorong seseorang mukmin untuk memiliki sikap zuhud terhadap dunia. Pemikiranya selalu tertuju kepada hari akhir dan seluruh rangkaiannya, terutama ketika amal-amal kita dihisab. Dengan bekal ini ia paham bahwa hidup didunia hanyalah sementara. Sebagaimana yang ia pelajari dari Rasulullah Saw. dalam sabdanya;
"Apa perluku dengan dunia? Perumpamaan dengan dunia hanyalah ibarat pengendara yang tidur siang sejenak di bawah naungan sebuah pohon, kemudian berangkat di sore hari dan meninggalkannya."(HR. Ahmad, Tirmidzi)
Hal ini akan menjadikan bersikap menerima apapun yang terjadi dengan senang hati. Rasulullah Saw. memberikan buah keimanan ini dalam hadist beliau;

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ 

شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).


Artinya bahwa sabar dalam kesempitan dengan usaha untuk memiliki sifat qana'ah tidak akan didapat seseorang kecuali dengan pemahamantauhid yang baik. karena qana'ah adalah buah dari iman. Ada beberapa hal yang akan membantu seseorang untuk memiliki sifat qana'ah. Yaitu karakter untuk menerima apa yang telah Allah berikan berupa nikmat sedikit ataupun banyak. Diantara cara untuk mendapatkannya adalah:
Pertama; Memiliki ilmu agama yang memadai
Ilmu agama merupakan faktor utama untuk memeperoleh harta yang tidak terkira ini. Dengan ilmu kita mengetahui hakekat, manfaat dan bahaya jika melakukan qana'ah. Ilmu agama menjelaskan kepada kita hakekat dunia, menyikap rahasia-rahasianya, dan bahaya-bahanya jika terlalu berorientasi kepadanya. Ilmu agama akan mendorong kita untuk mencintai dan mengerahkan seluruh perhatian kita kepada kampung akherat, kehidupan yang kekal abadi.
وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَعِبٞ وَلَهۡوٞۖ وَلَلدَّارُ ٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya" (QS. Al-An'am: 32)

Kedua; Pemahaman yang benar tentang qodho dan qodar
Allah SWT. telah membagi-bagi rizki dan keadaan hidup manusia sejak zaman azali sesuai takdir yang telah ditetapkan-Nya. pembagian yang dilakukan merupakan ketetapan berdasarkan kebijaksanaan dan ilmu-Nya. maka kita harus memahami bahwa ambisi, keluh kesah dan perhatian kita terhadap dunia tidak akan menambah rizki kita yang telah ditetapkan.karena tidak mungkin kita mengoreksi ketetapan takdir dan qodar Allah. Pemahaman terhadap takdir ini harus benar dan sesuai dengan ilmu yang syar'i karena dengan pemahaman yang mantap dan benar terhadap makna taqdir maka kita dapat menumbuhkan sifat qana'ah, tenang, rileks, terleps apakah kita kaya ataupun miskin.

Sikap ridho seseorang mukmin dalam menghadapi ketetapan qadha dan qadar Allah, akan memberikan kepadanya mata yang jeli dalam melihat kondisi kehidupan dan hakekat pembagiannya. Yang menetapkan rizki adala Allah. Allah juga ynag menbeda-bedakan tingkatan rizki, melebihkan yang satu terhadap yang lainnya. Perbedaan ini merupakan ujian bagi kita. Ujian bagi orang kaya dengan kelebihannya. Ujian bagi orang miskin dengan kekurangannya. Perbedaan antara orang kaya dengan orang miskin dalam rizki merupakan bukti perbedaan keduanya didunia maupun disisi Allah Azza wa Jalla.
أَهُمۡ يَقۡسِمُونَ رَحۡمَتَ رَبِّكَۚ نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَيۡنَهُم مَّعِيشَتَهُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۚ وَرَفَعۡنَا بَعۡضَهُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٖ دَرَجَٰتٖ لِّيَتَّخِذَ بَعۡضُهُم بَعۡضٗا سُخۡرِيّٗاۗ وَرَحۡمَتُ رَبِّكَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Az-zukhruf:32)

Ktiga: Perjuangan mental dan bersabar
Sesuai dengan kebijaksanaanya, Allah SWT telah memberi kita nafsu yang senantiasa menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat Tuhan. Salah satu bentuk keliaran nafsu adalah permusuhan terhadap sifat qana'ah. selama kita tidak melawan nafsu, karena itu kita telah membuka pintu-pintu ambisi, ketamakan, kerakusan, kekikiran dan keluh kesah.
" Jauhilah sifat syuhh, karena sifat syuhh telah membinasakan orang-orang sebelummu, mendorong mereka untuk menumpahkan darah mereka dan melanggar hal-hal diharamkan  bagi mereka." (HR. Muslim)

Imam Ibnu Rajab al Hambali menjelaskan bahwa syuh adalah ambisi yang besar mendorong pemiliknya mengambil banyak hal yag tdak halal, tidak menunaikan kewajiban terhadapnya Substansi sifat ini adalah senang terhadap apa yang diharamkan Allah serta tidak puas terhadap apa telah dihalalkan oleh Allah, baik terhadap harta, kemaluan, atau lainnya.

Keempat; Berdo'a dan memohon kepada Allah
"Ya Allah aku memohon kepadamu petunjuk, ketakwaan, sikap menjaga martabat, dan kekayaan (HR. Muslim)
Syaikh Abdurrahman Nashir As-Sa'di berkata: "Ini merupakan salah satu do'a yang paling luas cakupan maknanya dan yang paling bermanfaat Do'a ini mengandung permohonan agar dikaruniai kebaikan di dunia dan akherat. 'Afaf (sifat menjaga martabat) dan ghina (kekayaan) mengandung arti menjaga kehormatan dihadapan sesama manusia tidak menggantungkan diri kepada mereka dan merasa kaya dengan Allah, rizki-Nya, sikap menerima dengan senang hati terhadap apa yang adad pada dirinya, serta diperolehnya kecuali yang bisa menenangkan hati. Dengan semua itu sempurnalah kebahagiaan hidup di dunia dan ketenangan batin, dan itulah hayyah thoyyibah (kehidupan yang baik)

Kelima; Melihat dibawah, dalam hal keduniaan
Manusia memiliki wtak dasar yang mendorong untuk mencintai harta dan dunia. Terkadang hal ini menjadikan kita lupa terhadap nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Bagaimanapun keadaannya, setiap kita pasti telah dikaruniai nikmat allah yang tidak mampu kita inventarisisr dan hitung. bukan hanya telah, tetapi semua yang telah dan akan kita alami adalah nikmat dan karunia Allah yang tak terkira. Namun nikmat dan karunia Allah yang diberikan kepada kita secara gratis kepada kita, terkadang terabaikan. Kita merasa kurang dan kurang....kita tidak peduli dan tidak menyadari nilainya....hal ini bisa jadi karena kita selalu melihat orang-orang yang mendapat nikmat lebih baik dari kita. 

Seandainya kita melihat orang-orang yang tidak seberuntung kita, orang-orang yang ada "dibawah" kita....atau satu atau beberapa nikmat dari Allah dicabut(misal nikmat sehat)... baru kita merasakan ni kmat-nikmat itu....barulah kita merasa tenang, karena itu; salah satu faktor yang mendorong tumbuhnya sifat qana'ah adalah melihat oang yang keadaannya dibawah kita.
Rasulullah Saw. bersabda:
"Lihatlah kepada siapa yang lebih rendah dari kalian, jangan meliahat kepada siapa yang lebih tinggi dari kalian; karenna itu akan menjadikan kalian tidak menyepelekan nikmat Allah." (HR. Bukhari)
Inilah beberapa cara untuk menumbuhkan sifat qanaah dan menerima dengan senang hati rizki dan penghidupan yang telah dibagikan Allah. Semoga Allah senantiasa menghiai diri, keluarga, dan keturunan kita serta kaum muslimin dengan sifat qana'ah.(sumber majalah arsada)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar